Senin, 24 November 2008

TENTANG BALI

“Koh ngomong” atau “malas bicara”, adalah suatu ungkapan populer di Bali yang mencerminkan sikap orang Bali yang tidak suka berdebat panjang untuk menjaga harmonisasi hubungan antar individu. Meski ungkapan ini mengandung makna yang sedikit sinis dan satire, kata ini sebenarnya menyiratkan pemikiran orang Bali sendiri terhadap masalah hubungan antar individu.Orang Bali secara umum memegang teguh konsep harmonisasi baik lateral maupun vertikal, yang tertuang dalam konsep berpikir “Tri Hita Karana” (menjaga hubungan baik dengan Tuhan, manusia dan alam). Dan karena perdebatan yang panjang akhirnya justru bisa merusakkan hubungan antar sesama, maka orang Bali memilih “malas bicara” atau “koh ngomong”. Malasnya orang Bali berdebat juga tertuang dalam salah satu ungkapan dalam sastra Bali, yaitu “merebut balung tanpa isi”, yang artinya :”memperebutkan tulang tanpa isi” atau interpretasinya berarti : sia-sia memperdebatkan sesuatu yang tidak ada isinya. Hal ini bisa dilihat dalam pergaulan masyarakat Bali sehari-hari. Orang Bali cenderung menghindari perdebatan. Cenderung memilih diam dan tidak merespon jika percakapan sudah mengarah pada perdebatan. Kekuatan kelompok dalam berbicara juga berpengaruh kuat dalam pemikiran individu terhadap cara mereka mengemukakan pendapat. Konsep kebersamaan dalam menjaga keutuhan kelompok menciptakan suatu tekanan psikologis agar individu mengerem pengedepanan ego dalam mengemukakan pendapat di depan umum. Individu cenderung mengiyakan apa pendapat mayoritas kelompoknya. Pendapat yang bertentangan atau berseberangan, cenderung dianggap dapat merusak harmonisasi itu sendiri. Sehingga terbentuklah suatu pola pikir „koh ngomong“ ini. Konsep ini bisa dipandang dari 2 sisi : positif dan negatif. Positifnya, tentu saja kemudahan terciptanya kerukunan antar individu dalam suatu kelompok atau harmoni, sedangkan negatifnya, tentu saja ada pengekangan terhadap kebebasan dalam mengemukakan pendapat. Budaya « koh ngomong adalah salah satu ciri masyarakat Bali dalam mengemukakan pendapat di kelompok. Budaya ini tercipta karena adanya keinginan untuk menjaga harmonisasi kelompok. Juga, dikuatkan dengan pola pikir tidak ingin memperdebatkan sesuatu yang tidak terlalu penting. Pemikiran yang tertuang dalam ungkapan : merebut balung tanpa isi.

Tidak ada komentar: